Media massa seringkali disalahkan karena mempengaruhi para gadis dan anak perempuan untuk berdandan dan berperilaku seksi. Namun sebuah studi baru menunjukkan bahwa perilaku ibu justru memainkan peranan penting dalam hal itu.
Dalam studi ini, peneliti tak menemukan kaitan antara jumlah acara TV atau film yang ditonton para gadis berusia 6-9 tahun dan risiko seksualisasinya. Seksualisasi sendiri didefinisikan sebagai penilaian diri sendiri terhadap daya tarik seksual yang dimiliki atau memperlakukan diri sendiri sebagai sebuah obyek seksual.
Peneliti menemukan bahwa diantara para gadis yang banyak menonton TV dan film, gadis yang ibunya seringkali mengkhawatirkan penampilannya berisiko lebih tinggi mengalami seksualisasi dini. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memegang kunci penting dalam menentukan apakah anak gadisnya yang terpapar berbagai media itu akan mengalami seksualisasi atau tidak.
"Para gadis yang banyak menonton media massa, terutama yang membawa pesan-pesan seksual dan memiliki ibu yang sangat memperhatikan penampilannya akan mengalami seksualisasi dini. Namun dengan begini orangtua jadi tahu mereka harus berbuat sesuatu untuk mencegah seksualisasi dini pada anak gadis mereka," kata peneliti Christy Starr dari Knox College, Galesburg, Ill.
Studi ini melibatkan 60 gadis dari berbagai sekolah negeri dan sebuah studio tari di Midwest. Para gadis ini diberi dua boneka yang pakaiannya berbeda. Satu boneka 'terseksualisasi' dan didandani dengan pakaian yang buka-bukaan dan ketat sedangkan boneka satunya didandani secara lebih konservatif dengan sweater dan celana panjang saja.
Lalu partisipan diberi sejumlah pertanyaan tentang kedua boneka tersebut, termasuk boneka mana yang ingin mereka tiru dan penampilan seperti apa yang mereka pikir akan mencerminkan 'gadis terpopuler di sekolah'.
Sebagian besar partisipan (68 persen) mengaku memilih untuk tampil seperti boneka yang seksual dan 72 persen menyatakan boneka yang seksi itu sesuai dengan deskripsi 'gadis terpopuler di sekolah'.
Ibu partisipan juga ditanyai seberapa peduli diri mereka terhadap pakaian yang dipakainya dan apakah para ibu ini memikirkan penampilan mereka selama beberapa kali sehari. Pertanyaan ini ditujukan untuk mengukur penilaian diri ibu.
Hasilnya, diantara para gadis yang banyak menonton TV dan film, gadis yang ibunya terlalu obyektif terhadap dirinya sendiri cenderung untuk memilih boneka seksi sebagai cerminan gadis terpopuler.
Temuan lain dari studi ini menunjukkan bahwa orangtua bisa mencegah seksualisasi dini dengan membicarakan tentang berbagai hal yang anak perempuan mereka lihat.
Para ibu dalam studi ini yang mengaku memberikan instruksi tentang konten suatu acara TV yang anak-anak perempuannya lihat (seperti mendiskusikan apakah situasi di acara tersebut realistis atau apakah aksi dari beberapa karakter di dalam sebuah tayangan itu baik atau buruk) akan memiliki anak perempuan yang berisiko seksualisasi dini lebih rendah, terang Starr.
"Ibu yang tidak terlalu memperhatikan penampilannya mengirimkan semacam pesan kepada anak-anak perempuannya bahwa ada berbagai hal yang lebih penting dan berharga daripada sekedar menjadi 'seksi'," pungkasnya seperti dilansir dari myhealthnewsdaily, Kamis (26/7/2012).
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Sex Roles.